Apakah Anda pernah merasa bingung dalam memilih kata kerja yang tepat saat membuat tes atau soal latihan? Atau mungkin Anda ingin membuat kurikulum yang lebih efektif dan efisien? KKO Taksonomi Bloom Revisi Terbaru dapat menjadi solusinya.
Sejalan dengan itu, dengan menggunakan KKO Taksonomi Bloom Revisi Terbaru, maka kita dapat mengkategorikan kata kerja yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sehingga, kita dapat membuat tes atau soal latihan yang lebih bermanfaat dan efektif.
Dalam penggunaannya, KKO Taksonomi Bloom Revisi Terbaru terbagi menjadi 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan untuk ranah kognitif terdiri dari enam level yang harus siswa kuasai.
Mulai dari level paling rendah, siswa harus mampu mengingat informasi, sedangkan pada level yang lebih tinggi, siswa harus mampu melakukan evaluasi dan menciptakan sesuai.
Maka dengan menggunakan kata karja operasional taksonomi bloom revisi terbaru, kita dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih efektif.
Pengertian Kata Kerja Operasional (KKO)
Pengertian kata kerja operasional (KKO) adalah sebuah istilah dalam dunia pendidikan yang mengacu pada kata kerja yang berguna secara operasional. Misalnya dalam bentuk tindakan yang harus siswa lakukan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, KKO sangat penting untuk membangun pengetahuan dan keterampilan siswa dalam proses belajar-mengajar.
Selama proses pembelajaran, guru harus memilih kata kerja operasional yang tepat untuk memandu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Contohnya, dalam mata pelajaran Matematika, kata kerja operasional yang sering digunakan adalah “menerapkan”, “menghitung”, dan “menyelesaikan”. Sedangkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, kata kerja operasional yang sering digunakan adalah “menjelaskan”, “menerjemahkan”, dan “menulis”.
Dengan pemikiran ini, KKO (Kata Kerja Operasional) sangat penting dalam taksonomi bloom revisi, terutama dalam proses pembelajaran. Karena memberikan pedoman yang jelas bagi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain menggunakan KKO yang tepat, siswa akan lebih mudah memahami apa yang diharapkan dari mereka dan dapat fokus pada tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, penggunaan KKO juga membantu guru dalam merancang rencana pembelajaran yang efektif. Dan lagi dengan memilih kata kerja operasional yang tepat, guru dapat menentukan aktivitas dan tugas yang relevan dengan tujuan pembelajaran, serta memberikan umpan balik yang spesifik kepada siswa.
Dalam hal ini, penggunaan KKO juga dapat meningkatkan efektivitas evaluasi pembelajaran. Dengan jelas, ketika menggunakan KKO yang tepat, guru bisa merancang pertanyaan evaluasi yang mengukur kemampuan siswa dalam melakukan tindakan operasional yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
Secara keseluruhan, KKO adalah bagian penting dari proses pengajaran dan pembelajaran. Penggunaan KKO yang tepat dapat membantu guru dan siswa memahami tujuan pembelajaran dengan jelas, serta memandu siswa dalam mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memilih KKO yang tepat dan relevan dalam merancang rencana pembelajaran dan dalam proses evaluasi pembelajaran.
Sejarah Singkat
Dalam wikipedia menyatakan bahwa taksonomi Bloom pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya
Saat ini juga, konsep bloom sangat berguna untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran menjadi beberapa tahap yang berbeda, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Taksonomi Bloom berasal dari bahasa Yunani, yaitu tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan.
Oleh karena itu, Bloom dan kawan-kawannya memperkenalkan konsep taksonomi ini untuk membantu guru dan pendidik mengembangkan tujuan pembelajaran yang lebih bervariasi dan menantang.
Pada tahun 1994, salah satu murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl, bersama dengan para ahli psikologi aliran kognitivisme lainnya, merevisi taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Revisi tersebut hanya dilakukan pada ranah kognitif dan hasilnya baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.
Revisi Taksonomi Bloom ini memperbarui yang mulanya adalah kata benda menjadi menggunakan kata kerja atau kata operasional. Sehingga bisa mendeskripsikan tujuan pembelajaran di setiap tingkatan menjadi lebih detail lagi. Dengan kata lain, tujuan dari revisi ini adalah untuk membuat taksonomi mudah guru pahami dan relevan dengan kebutuhan pembelajaran di abad ke-21.
Taksonomi Bloom revisi terbagi menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam ranah kognitif, terdiri dari enam tingkatan, yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Sedangkan dalam ranah afektif, terdiri dari lima tingkatan, yaitu menerima, merespon, menghargai, mengorganisasikan, dan karakterisasi menurut nilai.
Terakhir, dalam ranah psikomotor, terdiri dari lima tingkatan, yaitu meniru, manipulasi, presisi, artikulasi, naturalisasi. (Baca Juga: Perilaku dan Kebutuhan Manusia)
Taksonomi Bloom Revisi
Selanjutnya akan membahas lebih lanjut mengenai taksonomi Bloom revisi, perbedaannya dengan versi original, dan manfaatnya dalam pembelajaran dan pengajaran.
Mari kita lanjutkan ke bagian selanjutnya untuk mengetahui lebih banyak.
Pengertian Taksonomi Bloom Revisi
Taksonomi Bloom revisi merupakan hasil perkembangan dari taksonomi Bloom asli yang dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956. Taksonomi Bloom asli untuk ranah kognitif mempunyai enam tingkat pemikiran, yaitu
- Pengetahuan (knowledge),
- Pemahaman (comprehension),
- Aplikasi (application),
- Analisis (analysis),
- Sintesis (synthesis), dan
- Evaluasi (evaluation).
Pada taksonomi Bloom asli, tingkat pengetahuan berada di bawah tingkat pemahaman, dan tingkat evaluasi merupakan tingkat tertinggi.
Namun pada tahun 2001, revisi taksonomi Bloom dilakukan oleh beberapa ahli pendidikan, antara lain Lorin Anderson dan David Krathwohl. Akibatnya, revisi ini memperbarui istilah-istilah pada versi original dan menyederhanakan strukturnya.
Taksonomi Bloom revisi pada ranah kognitif terdiri dari enam level pemikiran yang baru, yaitu
- Mengingat (remembering),
- Memahami (understanding),
- Menerapkan (applying),
- Menganalisis (analyzing),
- Mengevaluasi (evaluating), dan
- Mencipta (creating).
Mengingat merupakan level terendah pada taksonomi Bloom revisi. Pada level ini, seseorang hanya mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
Selanjutnya adalah memahami, di mana seseorang dapat menjelaskan informasi dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Kemudian level menerapkan membutuhkan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan atau konsep pada situasi baru. Karena level menganalisis melibatkan kemampuan untuk memilah informasi dan melihat hubungan antara bagian dan keseluruhan.
Setelah itu, level mengevaluasi melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria tertentu. Terakhir, level mencipta merupakan level tertinggi yang membutuhkan kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru dan original.
Oleh karena itu, revisi taksonomi Bloom ini memberikan pendekatan yang lebih kontemporer dalam merancang kurikulum, mengembangkan materi pembelajaran, dan merancang penilaian. Dalam konteks pendidikan, taksonomi Bloom revisi juga dapat membantu guru dalam merancang kurikulum dan mengevaluasi kemajuan siswa secara efektif.
Perbedaan Taksonomi Bloom Lama dan Baru
Secara keseluruhan perbedaan utama antara taksonomi Bloom revisi dengan taksonomi Bloom asli terletak pada pergantian level “pengetahuan” dengan “mengingat” serta penggantian level “evaluasi” dengan “mencipta”.
Namun dalam taksonomi Bloom revisi, level “mengingat” mencakup kemampuan siswa untuk mengingat fakta, konsep, dan prinsip-prinsip yang telah dipelajari. Sementara itu, level “mencipta” menunjukkan kemampuan siswa untuk membuat sesuatu yang baru dari pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari.
Selain itu, dalam taksonomi Bloom revisi, level “pemahaman” telah digantikan dengan “memahami“. Yakni kemampuan untuk memahami makna dari konsep atau ide yang dipelajari dan dapat menggambarkan dengan kata-kata mereka sendiri.
Selain itu, level “analisis” telah diganti dengan “menganalisis“. Pada dasarnya “menganalisis” adalah kemampuan untuk memecah konsep atau ide menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mengidentifikasi hubungan antara bagian-bagian tersebut.
Taksonomi Bloom revisi juga menambahkan level “mengevaluasi” dan “menerapkan“. Yaitu level “menerapkan” menunjukkan kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah atau situasi yang berbeda.
Sedangkan level “mengevaluasi” menunjukkan kemampuan siswa untuk membuat penilaian yang rasional dan kritis terhadap ide, argumen, atau konsep yang dipresentasikan. (Baca Juga: Mengapa perlu terjadi perubahan kurikulum?)
Kelebihan:
Salah satu kelebihan dari taksonomi Bloom revisi adalah bahwa ini memberikan kerangka kerja yang lebih komprehensif untuk mengembangkan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam taksonomi Bloom revisi, level-levelnya telah diperbarui dan diperjelas sehingga guru dapat dengan mudah merencanakan pembelajaran yang lebih spesifik dan terfokus.
Kelebihan lainnya dari taksonomi Bloom revisi adalah bahwa ia memberikan fokus yang lebih besar pada aspek kognitif dan psikomotorik dari pembelajaran, selain hanya aspek kognitif seperti dalam taksonomi Bloom asli. Dengan kata lain, hal ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan praktis dan terampil dalam konteks dunia nyata.
Taksonomi Bloom revisi juga menekankan pada penggunaan teknologi dan sumber daya digital dalam pembelajaran, mengakui bahwa teknologi telah menjadi bagian penting dari kehidupan siswa saat ini. Oleh karena itu, guru dapat dengan mudah mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Selain itu, taksonomi Bloom revisi juga memungkinkan guru untuk memilih strategi pembelajaran yang lebih variatif dan kreatif, seperti diskusi kelompok, proyek, simulasi, dan eksperimen. Tentunya, strategi pembelajaran yang lebih variatif ini memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih interaktif dan memungkinkan siswa untuk lebih terlibat dalam pembelajaran.
Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom Revisi
Berikut adalah beberapa contoh kata kerja operasional (KKO) dari taksonomi bloom revisi untuk ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
KKO Ranah Kognitif
Ranah kognitif pada KKO Taksonomi Bloom Revisi terbagi menjadi enam level, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Karena setiap level ini memiliki KKO yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat kesulitan tugas yang guru berikan.
Berikut adalah daftar KKO Taksonomi Bloom Revisi untuk masing-masing level ranah kognitif:
Mengingat (Remembering)
Pertama dalam taksonomi Bloom revisi ranah kognitif, yaitu Level Mengingat (Remembering) merupakan level paling dasar dari proses berpikir. Dalam situasi ini, individu perlu mengingat kembali informasi secara pasif tanpa melakukan pemahaman atau interpretasi terhadap materi yang barusan mereka pelajari. Karena level ini merupakan dasar penting untuk memulai proses pembelajaran yang lebih kompleks.
Sebagai gantinya untuk mencapai level ini, individu dapat melakukan beberapa hal seperti mengulang kembali fakta-fakta atau konsep, mengidentifikasi kembali istilah atau kata kunci yang berguna dalam materi. Selanjutnya mengingat kembali prosedur atau teknik yang mereka perlukan untuk menyelesaikan suatu tugas atau masalah.
Namun, level Mengingat saja tidak cukup untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih kompleks. Cepat atau lambat setiap individu perlu melanjutkan ke level-level berikutnya dalam taksonomi Bloom.
Meskipun demikian dalam pembelajaran, level Mengingat sangat penting untuk membangun dasar pengetahuan yang kuat. Namun, perlu anda ketahui bahwa setiap individu memiliki cara dan metode yang berbeda untuk mengingat informasi. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk menemukan strategi belajar yang paling efektif untuk dirinya sendiri guna mencapai level-level yang lebih tinggi dalam taksonomi Bloom revisi ranah kognitif.
Memahami (Understanding)
Kedua yaitu level Memahami (Understanding) dalam taksonomi Bloom revisi ranah kognitif merupakan kemampuan untuk mengorganisir dan mengelompokkan informasi, agar dapat mereka mengerti dengan lebih baik. Akibatnya pada level ini, seseorang harus mampu mengidentifikasi pola dan hubungan antara berbagai konsep atau ide yang mereka peroleh.
Namun untuk menguasai level Memahami merupakan prasyarat untuk mencapai level yang lebih tinggi dalam taksonomi Bloom. Oleh karena itu, sangat penting bagi individu untuk dapat memahami konsep dan ide, sebelum mempraktekkannya atau menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Secara keseluruhan untuk bisa meningkatkan kemampuan Memahami, individu dapat menggunakan berbagai strategi seperti membuat ringkasan, membuat mind map, dan melakukan diskusi dengan orang lain. Maka hal ini dapat membantu individu untuk memahami dan mengingat informasi dengan lebih baik dan lebih efektif.
Menerapkan (Applying)
Sedangkan level ketiga adalah Menerapkan (Applying) dalam Taksonomi Bloom Revisi Ranah Kognitif merupakan level yang memerlukan kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan atau konsep ke dalam situasi atau konteks yang berbeda. Maka dalam level ini, seseorang bisa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru. Kemampuan menerapkan juga dapat menunjukkannya dengan melakukan tugas atau aktivitas yang memerlukan pemahaman konsep dan kemampuan untuk menghubungkan konsep tersebut dengan situasi yang lebih luas.
Dalam level ini, individu diharapkan dapat mengidentifikasi masalah atau situasi yang memerlukan pemecahan, kemudian menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk menciptakan solusi yang tepat. Selain itu, level ini juga memerlukan individu untuk mengembangkan kemampuan untuk menerapkan konsep dan prinsip dalam situasi yang berbeda-beda.
Tentu saja dalam konteks pendidikan, level Menerapkan dapat tercapai melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran proyek. Jadi, siswa akan memiliki kesempatan untuk mempraktikkan dan menerapkan pengetahuan yang telah mereka pelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Hal ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah, bahkan situasi yang sama sekali baru.
Menganalisis (Analyzing)
Kemudian level Menganalisis dalam taksonomi Bloom revisi ranah kognitif mencakup kemampuan individu untuk memecah suatu konsep atau informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Sehingga memahami hubungan antara bagian-bagian tersebut. Oleh karena itu, individu dapat mengidentifikasi hubungan kausalitas antara peristiwa atau konsep dan mengevaluasi informasi untuk menarik kesimpulan atau membuat prediksi.
Kemampuan menganalisis sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dan solusi masalah karena memungkinkan individu untuk memilah informasi yang relevan dan membuat keputusan yang tepat. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan menganalisis menjadi hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan pengembangan diri.
Mengevaluasi (Evaluating)
Selanjutnya level Mengevaluasi dalam taksonomi bloom revisi ranah kognitif merupakan level penilaian terhadap suatu informasi atau ide. Dalam kasus ini, seseorang telah bisa melakukan penilaian, membuat keputusan, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Karena kamampuan ini mengharuskan seseorang untuk mengevaluasi informasi dengan kritis dan objektif, serta membandingkan dan mempertimbangkan opsi yang berbeda.
Oleh karena itu, kemampuan mengevaluasi sangat penting dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang efektif. Sebagian besar, seseorang pada level ini mampu memberikan alasan dan bukti untuk mendukung penilaian dan keputusannya. Maka dari itu dengan kemampuan mengevaluasi yang baik, seseorang dapat mengambil tindakan yang tepat dan menghasilkan solusi yang inovatif dan efektif.
Menciptakan (Creating)
Terakhir adalah level Menciptakan (Creating) dalam taksonomi bloom revisi ranah kognitif merupakan level tertinggi dari taksonomi tersebut. Utamanya pada level ini, individu akan bisa membuat atau menciptakan sesuatu yang baru dengan menggabungkan konsep atau ide yang sudah ada. Individu juga mampu memodifikasi atau mengembangkan konsep atau ide yang sudah ada untuk membuat sesuatu yang lebih baik atau lebih efektif.
Pada level Menciptakan, individu tidak hanya menguasai konsep atau ide, tetapi juga mampu mengaplikasikan dan mengevaluasi dengan baik. Seringkali, kemampuan “menciptakan” sangat penting dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Karena seseorang menghasilkan ide-ide baru yang inovatif dan kreatif untuk mengatasi masalah atau mencapai tujuan tertentu.
Pada intinya, siswa untuk mencapai level Menciptakan, mereka perlu memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Karena kemampuan ini dapat melatih dan mengembangkannya dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada solusi, mengambil risiko dalam mencoba hal-hal baru, dan berpikir “out of the box“. Sebagai tambahan, kemampuan Menciptakan yang baik, siswa akan mampu memberikan kontribusi yang lebih baik dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
Tabel KKO Taksonomi Bloom Revisi Ranah Kognitif
Mengingat | Memahami | Menerapkan | Menganalisis | Mengevaluasi | Menciptakan |
---|---|---|---|---|---|
C1 | C2 | C3 | C4 | C5 | C6 |
Mengidentifikasi Menyebutkan Membaca Melafalkan Menuliskan Menghafal Menyusun daftar Menggarisbawahi Menjodohkan Memilih Memberi definisi Menyatakan Mengenali Mengutip Menjelaskan Menggambar Membilang Mendaftar Menunjukkan Memberi label Memberi indeks Memasangkan Menamai Manandai Menyadari Meniru Mencatat Mengulang Mereproduksi Meninjau Mempelajari Mentabulasi Memberi kode Menelusuri Menerbitkan | Mengartikan Menginterpretasikan Menjelaskan Menceritakan Menampilkan Memberi contoh Merangkum Menyimpulkan Membandingkan Mengklasifikasikan Menunjukkan Menguraikan Membedakan Mengidentifikasikan Memperkirakan Mengkategorikan Mencirikan Merinci Mengasosiasikan Menghitung Mengkontraskan Mengubah Mempertahankan Menjalin Mendiskusikan Mencontohkan Menerangkan Mengemukakan Mempolakan Memperluas Meramalkan Menjabarkan Menceritakan Menafsirkan Memprediksi Melaporkan Mengerjakan | Menggunakan Mengkonsepkan Menentukan Memproseskan Melaksanakan Mengimplementasikan Mendemonstrasikan Menghitung Menghubungkan Membuktikan Menghasilkan Memperagakan Melengkapi Menyesuaikan Menemukan Menugaskan Mengurutkan Menerapkan Mengkalkulasi Memodifikasi Mengklarifikasi Membangun Membiasakan Mencegah Menggambarkan Menilai Melatih Menggali Mengadaptasi Menyelidiki Mengoperasikan Mempersoalkan Mengkonsepkan Meramalkan Memproduksi Memproses Mengaitkan Menyusun Mensimulasikan Memecahkan Mentabulasi Mengaskan Menentukan Menjalankan | Mendiagnosis Mendeteksi Mendiferensiasikan Menelaah Membangun Mempertentangkan Memfokuskan Mengaitkan Mengedit Mengkorelasikan Mengolah Mengorganisasikan Menguraikan Menyimpulkan Menyeleksi Menemukan Menominasikan Menunjuk Menyusun Menyaring Menyederhanakan Menentukan Mentransfer Mengevaluasi Menghitung Menganalisis Membagi Memecahkan Memerintahkan Memadukan Memaksimalkan Memilah-milah Membuat diagram Memisahkan Mendistribusikan Menguji Merasionalkan Meraut Merinci Merekonstruksi Mereproduksi Merumuskan Merumuskan kembali Mengaudit Mengklasifikasi Mengkombinasikan Mengubah Mengukur Menjabarkan Menjelajah Menyalin Menyederhanakan kembali Menyelaraskan Menyusun ulang Menguasai | Mengecek Mengkritik Membuktikan Merangkum Mempertahankan Memvalidasi Memerinci Mendukung Memproyeksikan Memperbandingkan Menyimpulkan Menilai Mengevaluasi Memberi saran Menafsirkan Merekomendasikan Memutuskan Membandingkan Mengarahkan Menimbang Memisahkan Memprediksi Memperjelas Menugaskan Mengukur Mengetes Memilih Memberi argumentasi | Membangun Merencanakan Memproduksi Mengkombinasikan Merancang Merekonstruksi Membuat Menciptakan Mengabstraksi Mengatur Menganimasi Mengumpulkan Mengkategorikan Mengkode Menyusun Mengarang Menanggulangi Menghubungkan Mengkreasikan Mengoreksi Mendikte Meningkatkan Memperjelas Memfasilitasi Membentuk Merumuskan Menggeneralisasi Menggabungkan Memadukan Membatas Mereparasi Menampilkan Menyiapkan Merangkum Mengkonstruksi |
KKO Ranah Afektif
Pada tahun 1964, Krathwohl bersama rekan-rekannya menyatakan bahwa ada satu ranah penting yang harus guru perhatikan yaitu ranah afektif. Ternyata ranah ini mencakup berbagai hal seperti rasa, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap yang sangat mempengaruhi perilaku kita.
Sedangkan dalam dunia pendidikan, taksonomi bloom revisi ranah afektif merupakan suatu kerangka kerja yang bermanfaat untuk mengukur ranah afektif dalam proses pembelajaran. (Baca Juga: Contoh tindakan manusia sebagai makhluk individu)
Taksonomi Bloom Revisi Ranah Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
- Menerima,
- Merespon,
- Menghargai,
- Mengorganisasikan, dan
- Karakterisasi Menurut Nilai.
Pada dasarnya, taksonomi bloom revisi ranah afektif bisa guru gunakan dalam merancang pembelajaran yang dapat membentuk karakter dan sikap positif pada siswa.
Maka ketika mengajar, guru dapat menggunakan contoh-contoh kata kerja operasional untuk setiap tingkatan pada taksonomi bloom revisi ranah afektif untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Sehingga dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran pada ranah afektif, siswa perlu memiliki kemampuan dalam menerima, menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai yang guru harapkan.
Maka dalam ranah afektif menjadi penting dalam mengembangkan karakter dan sikap positif siswa di masa depan.
Oleh karena itu, guru mempunyai peran penting untuk memperhatikan ranah afektif dalam merancang kegiatan mengajar. Sehingga ranah afektif sangat berpengaruh besar dalam membentuk generasi muda yang berkarakter baik dan memiliki sikap positif dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel KKO Taksonomi Bloom Revisi Ranah Afektif
Menerima | Merespon | Menghargai | Mengorganisasikan | Karakterisasi Menurut Nilai |
---|---|---|---|---|
A1 | A2 | A3 | A4 | A5 |
Mengikuti Menganut Mematuhi Meminati Memilih Mempertanyakan Memberi Menanyakan Memilih Menjawab Melanjutkan Menyatakan Menempatkan | Menyenangi Menyambut Mendukung Melaporkan Memilih Menampilkan Menyetujui Mengatakan Menjawab Membantu Mengajukan Mengkompromi Memilah Menolak Melaksanakan Menawarkan diri Menolong Mendatangi Menyumbangkan Menyesuaikan diri Berlatih Membawakan Mendiskusikan Menyatakan setuju Mempraktekkan | Mengasumsikan Meyakini Meyakinkan Memperjelas Menekankan Memprakarsai Menyumbang Mengimani Melengkapi Mengundang Menggabungkan Mengusulkan Membedakan Membimbing Membenarkan Menolak Mengajak Menunjukkan Menyatakan pendapat Mengambil prakarsa Mengikuti Memilih Ikut serta Menggabungkan diri | Mengubah Menata Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Merembuk Menegosiasi Mengklasifikasikan Mengkombinasikan Mempertahankan Merumuskan Berpegang pada Mengintegrasikan Menghubungkan Mengaitkan Menyusun Melengkapi Menyempurnakan Menyesuaikan Menyamakan Mengatur Memperbandingkan Memodifikasi Mengorganisasi Mengkoordinir Merangkai | Berakhlak mulia Melayani Mempengaruhi Mengkualifikasi Mengubah perilaku Membuktikan Memecahkan Mendengarkan Menunjukkan Bertindak Menyatakan Memperhatikan Bertahan Mempertimbangkan Mempersoalkan |
KKO Ranah Psikomotor
Secara eksplisit taksonomi bloom revisi ranah psikomotor menekankan pada pengembangan kemampuan fisik dan keterampilan motorik, yang meliputi aktivitas-aktivitas yang membutuhkan koordinasi, kecepatan, presisi, dan teknik yang baik dalam eksekusinya.
Simpson dan Dave merumuskan kategori kemampuan psikomotorik dari yang sederhana hingga rumit, dan saat ini kategori tersebut berguna untuk mengukur pembelajaran yang melibatkan kegiatan fisik, motorik, dan kinestetik.
Namun, ada juga kemampuan psikomotorik yang sifatnya abstrak, seperti menulis, membaca, menghitung, dan menggambar, yang membutuhkan kreativitas dan inovasi lebih daripada keterampilan fisik dan motorik.
Dalam Taksonomi Bloom Revisi Ranah Psikomotor, terdapat lima level kemampuan psikomotorik yang harus siswa capai, yaitu:
- Meniru,
- Manipulasi,
- Presisi,
- Artikulasi,
- Naturalisasi.
Jadi setiap level tersebut memiliki tujuan spesifik dalam pengembangan kemampuan psikomotorik. Maka dalam pengembangan kemampuan psikomotorik, penting untuk mengembangkan keterampilan fisik dan motorik, serta mengasah kreativitas dan inovasi.
Taksonomi Bloom Revisi Ranah Psikomotor memberikan panduan yang jelas dalam pengembangan kemampuan psikomotorik, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengembangan diri.
Tabel KKO Taksonomi Bloom Revisi Ranah Psikomotor
Meniru | Manipulasi | Presisi | Artikulasi | Naturalisasi |
---|---|---|---|---|
P1 | P2 | P3 | P4 | P5 |
Menyalin Mengikuti Mereplikasi Mengulangi Mematuhi Membedakan Mempersiapkan Menirukan Menunjukkan Mengaktifkan Menyesuaikan Menggabungkan Mengatur Mengumpulkan Menimbang Memperkecil Membangun Mengubah Membersihkan Memposisikan Mengkonstruksi | Membuat kembali Membangun Melakukan Melaksanakan Menerapkan Mengoreksi Mendemonstrasikan Merancang Melatih Memperbaiki Memanipulasi Mereparasi Mengawali Bereaksi Mempersiapkan Memprakarsai Menanggapi Mempertunjukkan Menggunakan Memilah Mengidentifikasikan Menempatkan Membuat Mencampur | Menunjukkan Melengkapi Menyempurnakan Mengkalibrasi Mengendalikan Mengalihkan Menggantikan Memutar Mengirim Memproduksi Mencampur Mengemas Menyajikan Mempraktekkan Memainkan Mengerjakan Membuat Mencoba’ Memposisikan Memindahkan Mendorong Menarik Mengoperasikan Membungkus Menyortir Mengecek Mengisi Membentuk Mencatat Memperbarui | Membangun Mengatasi Menggabungkan koordinat Mengintegrasikan Beradaptasi Mengembangkan Merumuskan Memodifikasi Mensketsa Mengalihkan Mempertajam Membentuk Memadankan Menggunakan Memulai Menyetir Menjeniskan Menempel Melonggarkan Menimbang Memasang Membongkar Merangkaikan Menggabungkan Mempolakan | Mendesain Menentukan Mengelola Menciptakan Membangun Membuat Menghasilkan karya Mengoperasikan Melakukan Melaksanakan Mengerjakan Menggunakan Memainkan Mengatasi Menyelesaikan |
Akhir Kata:
Secara keseluruhan Taksonomi Bloom Revisi adalah bahwa sistem ini adalah sebuah kerangka kerja penting dalam memahami dan mengembangkan pembelajaran dan penilaian dalam konteks pendidikan. Maka melalui Taksonomi Bloom Revisi, kita dapat mengenali tingkat pemahaman siswa dalam mempelajari suatu topik, serta memilih metode pengajaran dan penilaian yang paling sesuai untuk setiap tingkat pemahaman tersebut. Sistem ini juga memungkinkan guru untuk menentukan kemampuan siswa dalam melakukan tugas-tugas tertentu dan mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Sedangkan dalam Taksonomi Bloom Revisi, terdapat tiga ranah pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap ranah pembelajaran tersebut memiliki level pemahaman yang berbeda, mulai dari level terendah hingga level tertinggi. Jadi level-level ini membantu guru dalam menentukan jenis tugas dan strategi pembelajaran yang tepat untuk setiap tingkatan pemahaman siswa.
Sehingga dalam praktiknya, Taksonomi Bloom Revisi dapat membantu guru untuk mengembangkan pengajaran dan penilaian yang lebih efektif dan efisien. Maka guru dapat merancang tugas-tugas yang lebih menantang dan relevan, serta merencanakan strategi pembelajaran yang lebih beragam dan inovatif. Di sisi lain, siswa juga akan memperoleh manfaat dari sistem ini dengan lebih memahami tujuan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan untuk menguasai materi secara mendalam.
Sumber:
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives (Complete edition). Longman.
Krathwohl, D. R., Bloom, B. S., & Masia, B. B. (1964). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals. Handbook II: Affective domain. New York: David McKay Co., Inc.
Simpson, E. J. (1972). The classification of educational objectives in the psychomotor domain. Washington, D.C.: Gryphon House.