Guru Pemula? Lakukan 25+ Tipe Model Pembelajaran Kooperatif di Kelas

25 Min Read

Hai sobat semua, mungkin diantara kalian para guru bingung mau menggunakan model pembelajaran apa di dalam kelas?. Apalagi karena bosan rasanya dengan situasi belajar mengajar cenderung monoton setiap hari.

Memilih model pembelajaran kooperatif bisa menjadi alternatif memecahkan masalah yang sobat guru hadapi. Tapi, upss dalam cooperative learning terdapat bermacam-macam tipe, kadang membuat pusing sendiri.

Menerapkan model yang tepat sudah menjadi peran guru sebagai pengajar di kelas. Dibutuhkan beberapa keterampilan dalam memahami elemen pembelajaran kooperatif sehingga menciptakan kegiatan pembelajaran berkualitas tinggi.

Berikut ini adalah 25 tipe model pembelajaran kooperatif yang sederhana dan cocok digunakan untuk guru pemula.

1. STAD (Student Teams Achievement Division)

Tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif sangat cocok digunakan oleh guru pemula jika sebelumnya belum pernah menggunakan cooperative learning di kelas.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) terdiri dari lima komponen utama yaitu:

  • Tahap Penyajian Materi/Presentasi Kelas: Materi dalam Student Team Achievement Division (STAD) pertama-tama diperkenalkan dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung dipimpin oleh guru
  • Tahap Kerja Kelompok/Tim: Tim terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas
  • Kuis: Setelah guru memberikan persentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individu
  • Skor Kemajuan Individu: Tiap siswa diberikana skor “awal”, diperboleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis sama. Siswa selanjutnya akan mengumpilkan point untuk tim mereka berdasarkan tingkatan kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
  • Rekognisi Tim/Penghargaan: Tim akan mendapatkan sertifikasi atau bentuk penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

2. Round Table atau Rally Table

Model pembelajaran kooperatif tipe round table adalah model pembelajaran berfokus pada pembelajaran dengan menunjuk tiap-tiap anggota kelompok untuk berpartisipasi secara bergiliran dalam kelompoknya dengan membentuk meja bundar atau melingkar dalam menulis teks berita.

Menurut Lie (2000) pembelajaran kooperatif melalui strategi round table dapat digunakan dalam semua mata pelajaran untuk semua tingkatan usia anak didik.

Pembelajaran kooperatif tipe round table juga dapat menjadi sebuah strategi digunakan untuk proses belajar dimana siswa akan lebih mudah menentukan secara komprehensif konsep-konsep sulit jika mereka mendiskusikan dengan siswa lainnya

3. TAI (Team Assisted Individualization)

Metode Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model pembelajaran dikembangkan oleh Slavin dan Leavey pada tahun 1984, serta oleh Slavin dan Kraweit pada tahun 1985. Sedangkan menurut Casal mengungkapkan bahwa metode pembelajaran ini dikembangkan oleh Slavin, Leavy dan Madden pada tahun 1982.

Metode Team Assisted Individualization (TAI) merupakan metode mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. Dasar metode ini adalah untuk mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa.

4. Kooperatif tipe Jigsaw

Model ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan temantemannya di Universitas Texas.

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitupeserta didik melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan peserta didik lain untuk mencapai tujuan bersama.

Hampir sama dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, dilakukan pembagian siswa membentuk kelompok diskusi belajar. Selanjutnya guru membagi peserta didik ke dalam kelompok belajar kooperatif terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

Peserta didik dari masing-masing kelompok, terdiri atas dua atau tiga orang. Peserta didik ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompok semula.
Setelah itu, peserta didik kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa.

Semua dilakukan agar siswa dapat menunjukkan karakter siswa dalam bertanggung jawab dalam proses diskusi kelompok. Sehingga secara keseluruhan siswa dapat menuntaskan pembelajaran di kelas

5. Tipe Jigsaw II

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, peserta didik belajar dalam kelompok heterogen beranggotakan 4–5 orang. Masing-masing anggota kelompok mendapat tugas menguasai bagian materi itu disebut ”tim ahli”.

Siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial, biografi atau materi-materi bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu dari tugas membaca

6. Tea Party (Pesta Minum Teh)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, dengan bantuan guru membentuk siswa dalam bentuk lingkaran saling berhadapan satu sama lain.

Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan jawabannya dengan siswa berhadapanan dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jam sehingga akan berhadapan dengan pasangan baru.

Guru kemudian mengajukan pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan. Guru juga menambahkan variasi tugas siswa dalam membuat catatan dalam bentuk kartu tulisan, sehingga memudahkan mereka memahami pelajaran.

7. Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)

Reverse Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif diciptakan oleh Timothy Hedeen. Model ini hampir sama dengan jigsaw, adapun perbedaannya adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi mereka pelajari atau dalami) kepada seluruh kelas.

8. NHT (Numbered Heads Together)

Numbered Head Together (NHT) adalah model pembelajaran dengan pendekatan kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk saling tolong-menolong dan berbagi gagasan didalam suatu kelompok agar memperoleh materi tercakup dalam suatu pelajaran.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran Numbered Head Together antara lain yaitu :

  • Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok.
  • Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
  • Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya.
  • Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
  • Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
  • Siswa dengan nomor dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.

9. TGT (Team Game Tournament)

Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dari Johns Hopkins dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards. TGT merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif sangat cocok dan mudah diterapkan dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status (heterogen).

Dalam kooperatif TGT siswa dibentuk kelompok-kelompok kecil terdiri dari tiga sampai lima orang secara heterogen, baik dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Metode ini memiliki keunggulan yaitu fungsi mental lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu.

Dalam pembelajaran tipe TGT siswa dituntut untuk belajar dalam kelompok (Teams). Kemudian mengadakan turnamen atau lomba mingguan, dimana siswa bermain game pada “meja turnamen” bersama 3 orang dari perwakilan kelompok lain.

Tim atau kelompok mendapatkan poin atau nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru. Diharapkan dengan metode ini siswa mampu memiliki kerja sama tinggi dalam kelompok, selain itu siswa akan lebih memahami materi sedang dipelajari.

10. Three-Step Interview

Model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step interview adalah sebuah model pembelajaran kooperatif pada kegiatan intinya terdapat tiga tahapan yaitu tahap pertama dan kedua wawancara dan terakhir tahap laporan.

Pada model ini, setiap siswa mendapatkan peran sebagai pewawancara dan terwawancara secara bergantian. Sehingga setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasinya.

Langkah-langkah pembelajaran Three-Step Interview adalah:

  • Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 4 siswa.
  • Guru membagi setiap kelompok menjadi 2 pasang.
  • Setiap pasang siswa menentukan siapa terlebih dahulu menjadi pewawancara dan terwawacara. 
  • Guru membagikan lembar kerja ke setiap siswa, kemudian setiap siswa mengerjakan lembar kerja tersebut.
  • Pewawancara mewawancarai pasangannya tentang hal-hal berkaitan dengan penyelesaian kerja oleh pasangannya sedangkan terwawancara menyampaikan tanggapan-tanggapan tentang pertanyaan disampaikan oleh pewawancara.
  • Siswa bertukar peran.
  • Kedua pasangan dalam satu kelompok bergabung kemudian setiap siswa menyampaikan apa yang telah dia dapat ketika menjadi pewawancara.
  • Terakhir, kelompok mempresentasikan hasil dari kelompok mereka kepada seluruh kelas.

11. Three-Minute Review

(Review Tiga Langkah) Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa mereview apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka.

Siswa-siswa dalam kelompok- kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan- pertanyaan dari anggota lain.

Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.

12. GI (Group Investigation)

Model pembelajaran GI (Group Investigation) dikembangkan oleh Herbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan strategi mengajar berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis.

Kemudian Joyce dan Weil menambahkan bahwa model pembelajaran Group Investigation dirancang oleh Thelen, bersumber dari pendapat John Dewey dan Michaelis yang memberikan pernyataan bahwa pendidikan dalam masyarakat demokrasi seyogyanya mengajarkan demokrasi langsung.

Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran akan dipelajari melalui bahan-bahan tersedia.

Adapun langkah pembelajaran GI (Group Investigation) secara sederhana dapat dilakukan oleh guru sebagai berikut:

  • Pemilihan topik: Guru memilik topik pembelajaran yang akan di investigasi oleh siswa
  • Perencanaan Kooperatif: Guru merencanakan tujuan dan prosedur kegiatan GI
  • Implementasi: Siswa menerapkan rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru
  • Analisis dan sintesis: Peserta didik menganalisis dan mensistesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas
  • Presentasi: Hasil final Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar peserta didik yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka, 15 dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru
  • Evaluasi: Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama. Peserta didik dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan

13. Marry Go Round

Tipe Marry go a round adalah model pembelajaran kooperatif diyakini oleh banyak ahli pendidikan sebagai model pembelajaran memberikan peluang siswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.

Meskipun model pembelajaran kooperatif dengan strategi pembelajaran “go a round” lebih mengutamakan peran aktif siswa bukan berarti guru tidak berpartisipasi, sebab dalam proses pembelajaran ini peran guru sebagai perancang, fasilitator dan pembimbing proses pembelajaran. Jadi dalam pembelajaran ini dipusatkan dalam peran aktif siswa bukan terpusat pada guru.

Langkah-langkah dalam model tipe go a round agar guru pemula dapat menerapkannya di kelas adalah:

  • Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat sebagaimana biasa.
  • Mereka diminta untuk membuat satu produk atau kreasi kelompok.
  • Setelah selesai, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja mereka. Hasil-hasil ini bisa dipajang di beberapa bagian kelas jika berupa poster atau gambar-gambar.
  • Masing-masing kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati hasil karya kelompok lain.

14. Reciprocal Teaching

Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan kemampuan mereka dalam menulis teks pantun dengan baik dan memperhatikan struktur dan kaidahnya dipelajari di kelas.

Pembelajaran Reciprocal Teaching digunakan untuk membantu siswa memusatkan perhatian apa yang sedang dibaca dan membuat siswa memahami bacaannya. dalam memusatkan perhatian pada apa yang dibaca, guru mengajari empat aktivitas pada siswa, yaitu:

  • Untuk memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting dapat ditanyakan dari apa yang telah dibaca dan untuk meyakinkan bahwa siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
  • Untuk merangkum informasi-informasi penting dari bacaan yang siswa baca
  • Untuk memprediksi apa yang mungkin dibahas penulis pada bacaan selanjutnya
  • Mengidentifikasi hal-hal kurang jelas dan memberikan klarifikasi (penjelasan). Selanjutnya, siswa melakukan seperti dilakukan guru ketika siswa menjadi guru.

15. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)

Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dikategorikan sebagai pembelajaran terpadu. Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dikembangkan pertama kali oleh Stevens, Madden, Slavin, dan Finish pada tahun 1987.

Dalam pembelajaran kooperatif CIRC setiap siswa harus bertanggungjawab terhadap tugas dalam kelompoknya. Setiap orang dalam kelompok harus menyampaikan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan suatu tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang lama.

Langkah-langkah pembelajaran model CIRC untuk cocok diterapkan guru secara sederhana adalah sebagai berikut :

  • Membentuk kelompok beranggota 4 orang secara heterogen.
  • Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
  • Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kerja.
  • Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
  • Guru membuat kesimpulan bersama.

16. Cooperative learning tipe The Williams

Pada model pembelajaran kooperatif The Williams, guru akan membentuk kelompok siswa secara heterogen. Kemudian setiap kelompok akan menjawab beberapa pertanyaan berkaitan dengan tujuan pembelajaran

Masing-masing kelompok akan diberikan pertanyaan berbeda satu sama lain. Sehingga memberikan variasi secara menyeluruh. Anggota kelompok akan berdiskusi memberikan jawaban tepat sehingga dapat merangsang pengetahuan kognitif kelompok belajar.

17. TPS (Think Pairs Share)

Think pair share adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, pertama kali digunakan di Universitas Maryland oleh Frank Lyman, dkk di tahun 1985. 

Think pair share menawarkan keunggulan dalam mengoptimalkan partisipasi siswa bekerja dalam kelompok. Tiap anggota diberi kesempatan berdiskusi memecahkan masalah dengan berpikir dan memberikan respon tepat.

Langkah guru menggunakan Tihink Pair Share dikelas adalah:

  • Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Guru menjelaskan kompetensi harus dicapai oleh siswa
  • Guru menggali pengetahuan awal siswa
  • Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya. Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
  • Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru
  • Siswa dinilai secara individu dan kelompok

18. TPC (Think Pairs Check)

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pairs Check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok dipopulerkan oleh Spencer Kagan tahun 1993.

Pada model ini siswa dilatih bekerja sama untuk mengerjakan soal-soal atau memecahkan masalah secara berpasangan, kemudian saling mengecek pekerjaan masing-masing pasangannya. Model pembelajaran Think Pairs Check menuntut siswa untuk memiliki jiwa kritis tinggi dan tingkat ketelitian mendalam.

Model pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks merupakan salah satu cara untuk membantu siswa pasif dalam kegiatan kelompok, mereka melakukan kerjasama secara berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan

19. TPW (Think Pairs Write)

Pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu pada tahap awal dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir sendiri setelah membaca masalah, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan teman (sharing) sebelum menulis.

Pembelajaran ini dimulai dengan berfikir kreatif melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaan dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi.

Kelebihan TTW (Think Pairs Write) diantaranya:

  1. Mempertajam seluruh keterampilan berpikir tingkat tinggi secara visual.
  2. Dilakukannya pengembangan pemecahan masalah yang dialami oleh siswa
  3. Dengan memberikan soal open ended, dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa.
  4. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.
  5. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan dengan diri mereka sendiri.

Adapun langkah penerapan guru pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pairs Write adalah:

  • Langkah 1. Think Siswa membaca soal. Pada tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi, membuat catatan kecil tentang ide-ide pada bacaan, dan hal-hal tidak dipahami dengan bahasa sendiri.
  • Langkah 2. Talk Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi atau sharing) ide-ide dalam diskusi kelompok berdasarkan hasil penyelidikan pada tahap pertama.
  • Langkah 3. Write Pada tahap ini siswa menuliskan ide-ide pada tahap pertama dan kedua. Tulisannya terdiri dari landasan konsep, strategi, dan penyelesaian yang diperoleh.

20. Snowball Throwing

Model pembelajaran aktif snowball throwing adalah strategi pembelajaran aktif dalam melatih siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari orang lain. Siswa membuat pertanyaan ditulis pada selembar kertas dan dibuat seperti bola, dan dilemparkan ke anggota kelompok lain.

Langkah sederhana guru gunakan agar pembelajaran aktif snowball throwing berhasil adalah adalah:

  • Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
  • Guru membentuk kelompok secara heterogen dan melakukan pemilihan ketua kelompok
  • Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi disampaikan oleh guru kepada temannya
  • Siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan berkaitan materi diajarkan ketua kelompok
  • Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 15 menit
  • Siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
  • Evaluasi dan penutup

21. Write Around (Menulis Berputar)

Model pembelajaran write around adalah pengembangan model pembelajaran kooperatif dari tipe go around.

Model pembelajaran kooperatif tipe write around merupakan suatu model pembelajaran berkelompok dengan semua siswa dalam satu kelompok tersebut harus bergantian memberikan ide pemikirannya yang dituangkan dalam tulisan sehingga akan menjadi sebuah karangan utuh dan siswa dapat memberi kesimpulan dari karangan tersebut.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe write around adalah sebagai berikut:

  • Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok dapat terdiri dari 4-5 anggota dan membuat lingkaran di setiap kelompok
  • Guru dapat memberikan kalimat awal untuk masing-masing kelompok
  • Setiap anggota akan menyelesaikan kalimatnya dan meneruskan tulisan ke kanan
  • Para siswa kemudian akan membaca yang mereka terima dan menambahkan kalimat lain kepadanya dan menyebarkannya lagi ke kanan sampai semua siswa menambahkan kalimat mereka di kelompok.
  • Setelah beberapa putaran, siswa akan diberi waktu untuk menambahkan kesimpulan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita mereka di depan kelas.
  • Perwakilan siswa di setiap kelompok dapat membaca paragraf mereka untuk berbagi dengan seluruh kelas. 

22. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin

Salah satu tipe yang ditawarkan pembelajaran kooperatif adalah round robin. Round robin merupakan salah satu pembelajaran kooperatif pertama kali di cetuskan oleh Spancer Kagan dengan istrinya.

Defenisi Round robin (merespon secara bergiliran) adalah kegiatan brainstorming yang di dalam pelaksanaannya siswa hanya dibenarkan untuk mengajukan gagasan saja tanpa menjelaskan, mengevalusi ataupun mempertanyakan gagasan diajukan siswa lain. Dimana setiap anggota kelompok secara bergiliran merespon pertanyaan dengan sebuah kata, frase atau pernyataan singkat.

Pengertian round robin adalah model pembelajaran secara berkelompok saling mengajarkan ketrampilan berbagi diantara anggotanya dengan tujuan yakni untuk mendorong peserta didik berpikir dan memberikan respon bergilir dengan sebuah kata, pernyataan atau jawaban singkat mengenai pertanyaan terbuka yang diberikan oleh guru.

Tahapan guru dalam melakukan pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming sebagai berikut:

  • Peserta didik membentuk kelompok.
  • Anggota kelompok akan mendapatkan giliran satu persatu, bergerak searah jarum jam dan memberikan respon pada pertanyaan.
  • Jika diperlukan siswa membagi peran sebagai pencatat atau penegas aturan.
  • Menyampaikan kepada peserta didik, apakah mereka akan mendapat giliran satu persatu sesuai urutan hanya satu kali, atau sampai beberapa kali.
  • Minta salah satu siswa untuk memulai kegiatan tersebut dengan mengemukakan gagasan atau jawaban secara lisan.

23. LT (Learning Together)

Pada pembelajaran Learning Together (LT) peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah empat sampai lima peserta didik, peserta didik akan mengerjakan tugas dalam kelompok tersebut, di mana setiap individu akan memberikan sumbangan pemikiran pada pemecahan masalah yang ada pada tugas tersebut, sehingga diperoleh kesepakatan bersama.

Pembelajaran Learning Together (LT) mengutamakan empat unsur bagian, yaitu:

  • Interaksi tatap muka di mana para peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok beranggotakan empat sampai lima orang
  • Interpendensi positif merupakan unsur pembelajaran kooperatif di mana semua anggota kelompok yang berbagi tujuan bersama menganggap bahwa bekerja sama secara individual dan kolektif menguntungkan dan kesuksesan tergantung pada partisipasi semua anggota
  • Tanggung jawab individu di mana para peserta didik memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya
  • Kemampuan-kemampuan interpersonal kelompok-kelompok kecil di mana para peserta didik diajari mengenai sasaran-sasaran efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan kelompok.

24. Student Team Learning

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Learning dibuat John Hopkins. Asal kamu tahu, bahwa Slavin menjadikan cooperative learning ini sebagai dasar pembuatan pembelajaran STAD.

Tidak jauh berbeda dengan tipe kooperatif lainnya. STL juga menekankan pada proses belajar berkelompok dengan berdiskusi memecahkan masalah dengan melakukan tanggung jawab masing-masing anggotanya.

Model pembelajatan STL menekankan 3 hal yakni:

  1. Penghargaan terhadap kelompok
  2. Akuntabilitas individual
  3. Kesempatan yang sama untuk memperoleh kesuksesan

25. Two Stay Two Stray (TSTS)

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif  dicetuskan oleh Spencer Kagan (1990). Metode ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik.

Metode TSTS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Sesuai namanya, Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) atau Dua Tinggal dan Dua Tamu adalah dua orang siswa tinggal dikelompok dan duaorang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil diskusi kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya.

Share This Article
By
Follow:
Nuel Bs hanya seorang guru SD di medan. Seekor domba berbulu serigala, suka menghabiskan waktu di depan laptop, menikmati kopi pahit, sambil membaca novel wuxia, dan berbagi ilmu dengan kamu para serigala sejati.
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *